Sebanyak 93 kelompok kesenian rakyat se Kawasan Borobudur mengikuti Festival Kesenian Rakyat Paseduluran dalam rangka 21 tahun Ruwat Rawat Borobudur, dalam beberapa pekan terakhir ini. “Mengingat pentingnya usaha merawat manfaat sosial dan spiritual, maka pelaku seni memang perlu mengambil peran untuk ikut serta melestarikan kebudayaan yang ada,” tutur ketua Komunitas Brayat Panangkaran Sucoro  Setrodiharjo,

Disebutkan, sebanyak 93 kelompok kesenian rakyat dari berbagai daerah se- Jateng-DIY telah mendaftar untuk mengikuti ajang kreasi kesenian rakyat. Namun karena berbagai kendala yang dihadapi panitia, akhirnya pihak panitia hanya mampu menyeleksi 52 kelompok kesenian dan lolos sebagai finalis 11 tim kesenian rakyat. Antara lain Kuda Lumping Bayu Krisna Dari Ngablak , Seni Soreng Budaya Manunggal Pandean Ngablak, Topeng Ireng Manggala Rimba Kajoran serta Sanggar STYB Temanggung ,

Sucoro yang merupakan tokoh sekaligus inisiator Ruwat Rawat Borobudur Brayat Panangkaran mengatakan, tema kegiatan 21 tahun Ruwat Rawat Borobudur adalah: Mengembalikan nilai spiritual Borobudur melalui tradisi. Ruwat Rawat Borobudur merupakan acara budaya rakyat yang lahir sebagai bagian dari masyarakat yang kebetulan lahir dan tinggal tidak jauh dari monumen warisan budaya Borobudur.

Festival Kesenian Rakyat Paseduluran salah satu bagian dari kegiatan besarnya Ruwat Rawat Borobudur yang secara rutin sejak tahun 2015 dibantu oleh kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan dalam hal ini melaui Dirjen Kebudayuaan , Kegiatan ini di setiap tahun semakin diminati oleh pecinta seni tradisi.

Mengenai masih banyaknya kelompok kesenian yang belum dapat mengikuti seleksi, dia mengakui itu akibat keterbatasan panitia dan belum adanya fasilitas yang memadai. Mestinya Pemerintah bisa menangkap peluang itu untuk dijadikan bagaian dari pengembangan pariwisata berbasis budaya.

Keberadaan Borobudur yang ada di tengah kehidupan masyarakat telah menjadi bukti bahwa keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu sejak Borobudur yang telah dikembangkan menjadi tujuan wisata pada tahun 1980, peran masyarakat pun juga dibutuhkan. Ketika itu tanah dan bangunan milik warga lima dusun digusur dan digunakan untuk pelestarian Borobudur. 

 


Post a Comment

أحدث أقدم