PUSTAKA AKSARA BOROBUDUR
PUSTAKA AKSARA BOROBUDUR
RUWAT RAWAT BOROBUDUR
DALAM DIMENSI SPIRITUALITAS,
BUDAYA DAN PARIWISATA
50 Tahun Kebangkitan Nilai
Spiritualitas Borobudur sebagai
Pusaka
Budaya Bangsa
REKOMENDASI
Kompetisi Opini - Kongres
Borobudur
Oleh
Sucoro -
Novita Siswayanti.MA,
Dr Budiana Setiawan
Editor:
M. Hasbiansyah Zulfahri
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2002
Tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal
2:
1.
Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta
atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang
timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal
72:
1.
Barang siapa dengan sengaja atau tanpa hak
melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau pasal 49
ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
2.
Barang siapa dengan sengaja menyiarkan,
memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil
pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
PUSTAKA
AKSARA BOROBUDUR
RUWAT
RAWAT BOROBUDUR
DALAM DIMENSI
SPIRITUALITAS,
BUDAYA
DAN PARIWISATA
Oleh
Sucoro
Novita Siswayanti, MA
Dr Budiana Setiawan
Cetakan Pertama, Januari 2024
Editor:
M Hasbiansyah Zulfahri
Penyunting
Naskah
Maryono,
M.Si.
Desain
Cover
dan Lay-out:
Eri Kusuma Wardhani
Sapto Nugroho
Penerbit:
Warung Info Jagad Cleguk
Jl. Medangkamolan 7 Borobudur
Email: ruwatrawatborobudur@gmail.com
Website :
ISBN ………………
DAFTAR
ISI
1.
Daftar Isi Hal
6
2.
Kata Pengantar Hal
9
3.
Prolog Aksara Borobudur Bermakna oleh: Prof.
Dr. M. Baiquni. Hal
13
4.
Mengenal
Pak Coro Penggagas Ruwat Rawat Borobudur Hal 19
5.
Kehidupan Masyarakat Sekitar Borobudur Hal
21
6.
Spiritualitas Borobudur dan Masyarakat
Hal 26
7.
Borobudur Pusaka Budaya Bangsa
Hal 28
8.
Sosok Pak Coro Hal
31
9.
Perjalanan Hidup Keluarga Pak Sucoro Hal
38
10.
Belajar Memahami Spiritualitas Borobudur Hal 40
11.
Spiritualitas Dalam Ruwat Rawat Borobudur Hal 45
12.
Spiritualitas Media Sosial Ruwat Rawat
Borobudur
Hal
53
13.
Kegiatan 50 Tahun Kebangkitan Nilai
Spiritualitas Borobudur Hal
60
14.
Tantangan Ruwat Rawat Borobudur
Hal 68
15.
50 Tahun Kebangkitan Nilai Spiritualitas
Borobudur sebagai Pusaka Budaya Bangsa Hal
77
16.
Kegiatan Perayaan 50 Tahun Kebangkitan
Nilai Spiritualitas Borobudur Hal
86
17.
Mengokohkan Kembali Kesenian Yang Tumbang
Hal 99
18.
Gerbang Menuju Kawasan Wisata Borobudur
Hal 106
19.
Refleksi Pengembangan Kawasan Wisata Borobudur
Hal 115
20.
Revitalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Berbasis Spiritualitas Borobudur Hal 121
21.
Iconographi Panil Cerita Relief
Karmawibangga Borobudur
Hal 135
22.
Lima Gunung Pembentuk Lingkaran Imajiner
Kawasan Borobudur Hal 144
23.
Isu Spesial Borobudur Hal 155
24.
Renungan Untuk Borobudur Hal
162
25.
Kompetisi Opini - Kongres Borobudur
Gerbang Menuju Pengelolaan Borobudur yang Partisipatif
Hal 165
26.
Eksistensi Candi Dalam Potret Moderasi
Beragama
Hal 170
27.
Candi Borobudur Dari Indonesia Untuk Dunia
Hal 176
28.
Kepedulian Semua Pihak Menjadi Borobudur
sebagai Tempat Wisata Religi Hal 184
29.
Catra Borobudur dalam Lontar Kebhinekaan
Hal 192
30.
Mengenal Budaya Nasional Candi Borobudur yang
Mendunia Hal 197
31.
Adiwarna Borobudur Ruang Resonansi
Kebhinekaan dalam Moderasi Beragama Hal 213
32.
Harmoni Kebhinekaan dalam Spiritualitas
Borobudur
Hal 220
33.
Borobudur Lanskap Moderasi Beragama di
Indonesia
Hal 230
34.
Pesan, Kesan dan Harapan dalam Bahasan
Kompetisi Opini Kongres Borobudur Hal
239
35.
Rekomendasi Kompetisi Opinio Kongres
Borobudur
Hal 252
36.
Epilog
Hal 258
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang
Mahakuasa atas karunia-Nya Ruwat Rawat Borobudur pada tahun 2023 ini dapat
terlaksana. Berbagai kegiatan seperti pada tahun-tahun sebelumnya antara lain penyelenggaraan berbagai acara tradisi,
sarasehan budaya, pementasan kesenian, workshop seni tradisi, festival kesenian
rakyat terselenggara dengan lancar.
Alhamdulillah pada agenda yang ke-21 Tahun Ruwat Rawat
Borobudur mendapat kehormatan untuk diteliti oleh Badan Riset dan Inovasi
Nasional (BRIN). Melalui kegiatan riset tersebut Panitia 21 Tahun Ruwat Rawat
Borobudur dapat melakukan evaluasi. Di sisi lain melalui kegiatan bersama
tersebut pada kegiatan 21 Tahun Ruwat Rawat Borobudur bagian kedua dengan sub tema
“50 Tahun Kebangkitan Nilai Spiritualitas Borobudur Sebagai Pusaka Budaya
Bangsa” dapat merealisasikan ide gagasan kegiatan yang telah direncanakan empat
tahun lalu, yaitu “Kompetisi Opini- Kongres
Borobudur.”
Kompetisi Opini-Kongres Borobudur merupakan salah satu agenda kegiatan 21
Tahun Ruwat Rawat Borobudur yang pertama kali diselenggarakan oleh Brayat
Panangkaran. Alhamdulillah kegiatan Kompetisi Opini- Kongres Borobudur dapat terselenggara pada hari
Selasa-Rabu, 8-9 Agustus 2023 di Balkondes Ngargogondo Borobudur dengan lancar
dan penuh apresiasi.
Kompetisi Opini Borobudur digagas oleh Sucoro, Tim
Riset Ruwat Rawat Borobudur dan Brayat Panangkaran sebagai upaya menggali
pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang Nilai Spiritualitas Borobudur.
Borobudur sebagai saujana keterhubungan bentangan alam, budaya dan masyarakat
yang sarat dengan nilai nilai spiritualitas yang merajut kebhinnekaan menjadi
pusat peradaban dan kesatuan bangsa. Borobudur sebagai warisan budaya dunia
yang menurut UNESCO mengandung nilai OUV Outstanding Universal Value
(nilai-nilai kehidupan yang terdapat pada bentangan alam,budaya dan
masyarakat).
Melalui Kompetisi Opini-Kongres
Borobudur Ruwat Rawat
Borobudur sebagai ruang komunikasi Brayat Panangkaran pecinta dan pelestari
spiritualitas Borobudur yang multikultural dan pluralisme berupaya menumbuh kembangkan
rasa handarbeni terhadap Borobudur. Borobudur bukanlah hanya dipandang sebagai
monument mati tanpa makna. Tetapi Borobudur sarat dengan nilai spiritualitas
kebermaknaan dan kebermanfaatan dalam hidup dan kehidupan.
Kompetisi Opini Kongres-Borobudur pertama tahun 2023
ini bertema “Menelisik Spiritualitas Borobudur dalam Kebinnekaan.”
Borobudur sebagai warisan budaya dunia sarat dengan nilai-nilai spiritualitas
yang amat penting dilestarikan dan satu kesatuan dalam pengelolaan
Borobudur.Borobudur sebagai bangunan yang tidak bisa dipisahkan dari
keterlibatan masyarakat yang turut serta memiliki dan bertanggung jawab menjaga
dan melestarikannya.
Untuk selanjutnya melalui buku berjudul “Pustaka
Aksara Borobudur” Ruwat Rawat Borobudur dalam Dimensi Nilai Spiritualitas,
Budaya dan Pariwisata Tim Riset BRIN Pusat Riset Masyarakat dan Budaya serta
para penulis akan menuturkan pendapatnya atas per jalanan Ruwat Rawat Borobudur
mulai dari sosok Penggagasnya. Tentunya dengan cara pandang dan pengalaman yang
telah ditekuni selama ini. Harapan kami buku yang tersusun melalui proses panjang ini, meski
masih jauh dari sempurna dapat menginspirasi yang dapat ditindaklanjuti oleh
para pengambil kebijakan dalam pengelolaan Borobudur.
Sebagai penutup, kami mengucapkan terima kasih atas
sambutan dan apresiasi dari berbagai elemen masyarakat, akademisi, pemerintah
maupun stakeholder, baik keterlibatannya dalam penulisan opini maupun
penyampaian ide/gagasannya bagi kelancaran dan kesuksesan Ruwat Rawat Borobdur
dan pelaksanaan Kompetisi Opini –
Kongres Borobudur
PROLOG
“Aksara Borobudur Bermakna”
Candi
Borobudur merupakan karya agung, bangunan yang terletak di lembah antar pegunungan
(Intermountain basin) dengan air yang melimpah dan tanah yang subur.
Borobudur adalah inovasi, institusi, sekaligus inspirasi yang diperoleh melalui
“laku“ yang telah mewujudkan dirinya menjadi karya agung yang bernilai Pusaka,
Pustaka, dan Pujangga bagi peradaban manusia.
Secara
geografis, posisi dan lokasi itu menjadi pilihan penting dibangunnya Candi
Borobudur. Mandala Borobudur mengandung kompas kehidupan, merupakan aksara
bermakna yang mengandung ilmu pengetahuan dan praktek pengalaman kehidupan,
bagi siapa saja yang mau mengambil
hikmahnya.Borobudur memiliki nilai spiritual, kultural, dan ekologis
yang perlu digali dan dimaknai.
“Kiblat
papat limo pancer” kompas arah kehidupan. Arah timur matahari terbit di
pagi hari dengan pemandangan Gunung Merbabu dan Merapi yang kokoh serasi,
memberi harapan dan semangat bermanfaat migunani, fungsi ekonomi (East,
Economy) Borobudur di bagian timur terdapat pasar tempat keramaian. Arah
barat matahari tenggelam, menghadirkan. Suasana hening nan syahdu
pegunungan Menoreh, menorehkan laku yang telah seharian bekerja saatnya untuk hening
wening, bersyukur atas karunia Ilahi. Siapa yang bersyukur akat
dilipatgandakan kedamaian dan kebahagiaan (West, Welbeing). Arah Utara
memiliki kesuburan tanah yang dialiri sungai-sungai dari Gunung Sindoro dan
Sumbing, mengolah harmoni alam untuk kegiatan pertanian menumbuhkan tanaman
pangan dan obat-obatan, fungsi alam di utara ini (North, Nature) dapat
menghasilkan makanan untuk kebutuhan manusia. Arah Selatan, terbentang
permukiman tempat dimana kehidupan sosial ditata dan dikembangkan, dalam
keseimbangan harmoni sesama (South, Social).
Borobudur
sebagai “Pancer”, dari pusat ke semua arah dan sebaliknya. Borobudur menarik
kedalam meminjam istilah fisika gaya sentripetal, energi dan materi yang
terkumpul dan mengumpul. Kemudian kelimpahan energi dan materi itu memancar
keluar sebagai cahaya yang manfaat migunani. Pariwisata yang memadukan gaya
sentripetal dan sentrifugal ini, Borobudur sebagai daya tarik yang menarik
wisatawan berkunjung, juga pariwisata memancarkan manfaat bagi masyarakat
sekitar di desa-desa yang tumbuh jasa dan usaha pariwisata.
Harmoni
kehidupan terbingkai dalam semangat kebhinnekaan, keragaman alam dan budaya
melingkupi Borobudur.Masyarakat sekitar terbiasa dengan keberagam an dan
toleransi, hidup dalam guyup rukun dan gotong royong masyarakat perdesaan.
Meski demikian selalu ada dinamika perbedaan dan persinggungan yang merupakan
dinamika kehidupan yang selalu bergerak dan berubah seperti roda pedati.
Ruwat Rawat
Borobudur telah berlangsung selama 21 tahun, pada tahun 2023 ini tema yang
diusung adalah tridimensional: spiritualitas, budaya, dan pariwisata.
Penyelenggaraannya yang sederhana dan kerjanya yang bersahaja, membuat event
Ruwat Rawat Borobudur ini menjadi unik dan menarik. Pelibatan masyarakat akar
rumput di berbagai dusun baik di sekitar Borobudur maupun gunung-gunung dalam
acara ini menjadi kunci keberlanjutan. Digandeng pula kalangan pejabat baik
dari pusat maupun daerah, dari pemerintahan maupun kalangan usaha. Diundang
pula peneliti dan akademisi serta mahasiswa untuk ikut serta, urun rembug,
curah gagasan, dan menguatkan jaringan.
Pak Sucoro
sebagai inisiator dan inovator Ruwat Rawat Borobudur, dikalangan masyarakat
Borobudur hingga para Penjabat yang berkait dengan Borobudur pasti mengenal dan
tidak asing lagi. Sosok yang nyentrik dan berpenampilan biasa-biasa saja itu
membuat mudah bergaul dengan banyak kalangan terutama masyarakat di kawasan
Borobudur. Selain mudah bergaul Pak Sucoro yang berjiwa seniman suka bikin
acara-acara budaya, salah satu yang banyak mendapat perhatian publik adalah
Ruwat Rawat Borobudur.
Lelaki 72 tahun pernah mengenyam Pendidikan di SR
(Sekolah Rakyat) yang selanjutnya lebih banyak belajar dari pengalaman
kehidupan ini, Sucoro banyak belajar langsung dari guru kehidupan. Guru
kehidupan yang dimaksud adalah belajar pada siapa saja dalam interaksi
kehidupan sehari-hari, belajar dimana saja dari berbagai tempat yang menjadi
media, belajar kapan saja tak henti berfikir dan berbagi pengalaman, belajar
tentang apa saja yang kemudian berhasil direkam dan ditulis dalam buku-bukunya,
belajar dan juga mengajar itu laku.
Laku
keseharian pak Sucoro nampak dari kesederhanaannya yang ternyata merupakan buah
nasehat dari ayahnya, yakni “Urip sing Prasojo kui luwih utomo” Kini
diusia senja, sangat penting untuk membuat estafet mengkader generasi muda
untuk bisa melanjutkan ide gagasan,inovasi
gerakan, dan institusionalisasi gelombang perubahan masyarakat berdaulat
dalam berkebudayaan dan berkemasyarakatan.
Jejak langkah
lari marathon Ruwat Rawat Borobudur yang panjang dirintis pak Sucoro, dapat
ditelusuri dari buku-bukunya termasuk buku ketujuh ini. Menilik Kembali dari
buku pertama hingga buku ketujuh ini, nampak ada perkembangan baik dalam
penampilan maupun substansinya. Buku ini mengurai dan menyulam serta mbundeli
triodimensi spiritualitas, budaya, dan pariwisata. Trio penulis Sucoro, Novita,
dan Budiana membuat buku ini memiliki kembangan cara pandang.
Selamat membaca
dan menikmati untaian kata-kata yang disusun dengan pengalaman dari tindakan
nyata.
Prof. Dr. M. Baiquni, MA
Guru Besar Ilmu Geografi dan
Pengajar Kepariwisataan UGM

إرسال تعليق