Sambutan Ketua Panitia
22 TAHUN RUWAT RAWAT BOROBUDUR
Tema
:
“Merajut
Kesepahaman Nilai Spiritualitas Borobudur Untuk kebermanfaatan Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat “
17 tahun sudah
kami mengikuti gerakan kebudayaan yang dilakukan oleh Bapak saya Pak Coro dan
kini menerima estafet menjadi penyelenggara gerakan Budaya Rakyat yang
diinisiasi dan dilakukan oleh Bapak Sucoro dengan Ruwat Rawat Borobudur yang
pada hari ini Minggu 21 Januari 2024 telah menginjak agenda yang ke 22
Meski telah berproses dengan kurun waktu
sepanjang itu, ternyata masih dirasakan belum cukup mampu bila diartikan sebagai
gerakan masyarakat yang sadar akan pentingnya pelestarian Nilai Spiritualitas
terhadap cagar budaya yang sejak tahun 1984 telah dikembangkan menjadi
destinasi pariwisata. Berbagai acara tradisi , seni tradisi spiritual yang
sebelumnya telah dibangkitkan melalui kegiatan Ruwat Rawat Borobudur dan saat
ini juga telah dilanjutkan oleh Lembaga Pemerintah , namun masih sebatas
menjadi event temporer belum bisa
dianggap sebagai acara tradisi yang berkelanjutan .Tantangan dalam mewujudkan
mimpi kebersamaan dalam melestarikan Warisan Budaya masih sebatas diangan-angan
Borobudur yang
diartikan sebagai Mandala Agung itu masih belum memberikan sinar cahaya terang
bagi kehidupan masyarakat Kawasan Borobudur.
Nilai
Spiritualitas yang menurut kami amat sangat penting untuk diperhatikan,
dilestarikan,mengingat awal keberadaan Warisan Budaya itu adalah untuk
kepentingan Spiritual masih terabaikan. Dan terabaikanya nilai spiritualitas
tersebut telah berdampak sulitnya menentukan kebijakan dalam pengelolaan warisan
budaya Borobudur.
Keberadaan Nilai
spiritualitas yang diartikan sebagai pamor tersebut sangat berkorelasi erat
dengan prasasti sosial yang ada di kawasan Borobudur. Prasasti soaial tersebut
sebagian juga telah diabadikan menjadi nama-nama Dusun bahkan Desa. Salah satu
contoh Dusun Janan yang letaknya kurang lebih 300 meter dari kaki candi itu
dinamakan oleh Kyai Srek Nyana, Dusun
Janan yang diartikan sebagai Kasarjanan boleh dibilang tempatnya para
cendekiawan. Tidak jauh dari Dusun Janan ada nama Dusun Bogowanti dan nama
dusun tersebut sangat kuat bila diartikan
sebagai Panti Boga.
Proses pengamatan
dan pelestarian Prasasti Sosial ini secara kontinyu dikawal oleh Bapak Sucoro
melalui kegiatan Budaya Rakyat Ruwat Rawat Borobudur. Sering terkendala dengan “
ego-ego “ kelompok bahkan Lembaga Pemerintah yang kurang memahami persoalanya.
Untuk itu melalui kegiatan Ruwat Rawat Borobudur yang ke 22 ini Bapak Sucoro
menorehkan pengalamanya yang telah ditulis dalam delam judul buku yang pada
opening kegiatanya di bagikan kepada masyarakat melalui Dinas Perpustakaan
Daerah
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh BRIN, Ruwat Rawat Borobudur menunjukan
sebuah kegiatan budaya rakyat yang luar
biasa,meski itu diawali dan terus dikawal oleh kekuatan pribadi Pak Sucoro.
Tujuan penyelenggaraan kegiatan budaya
pun sudah nampak jelas mengawal-menjaga nilai spiritualitas Borobudur.
Namun demikian meski telah 22 tahun ternyata belum cukup untuk mencari titik
terang dalam mewujudkan pengelolaan Borobudur yang berimbang dan menyejahterakan
masyarakat.
Untuk itu kami
sebagai generasi penerus,bermaksud melanjutkan perjuangan yang telah dirintis
selama 22 tahun itu dengan tetap melalui
kegiatan Ruwat Rawat Borobudur.
Yang pada tahun yang ke 22 ini
Mengangkat Tema ”Menelisik
Kebermanfaatan Warisan Budaya Dunia Borobudur dalam kehidupan masyasrakat yang
selaras dengan Nilai Spiritualitas Borobudur.”
ERI
KUSUMA WARDHANI
Ketua
Panitia 22 Tahun Ruwat Rawat Borobudur

Posting Komentar