.
Cinta terhadap tanah leluhur memang umum di kalangan
masyarakat Jawa yang agraris. Di wilayah pedalaman yang sangat subur seperti
halnya di Borobudur, rasa cinta ini jauh
lebih orisinil ketimbang di wilayah pesisir
atau perkotaan.
Cinta terhadap tanah
leluhur juga tidak membedakan kelas maupun status ekonomi masyarakat. Bahkan
terhadap kalangan bangsawan, sikap cinta terhadap tanah leluhur itu juga dapat
muncul kuat.
Hal tersebut disampaikan
oleh Pak Setro Wikrama, saat audiensi
dengan Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah, di Semarang, Selasa, 26 Februari
1980
Dalam pertemuan yang
diterima oleh Ketua DPRD Jateng
tersebut, enam warga Dusun Kenayan dan Ngaran Krajan menyampaikan pendapatnya
tentang perbedaan antara PT Taman Wisata candi Borobudur dan Tapurnas. Masyarakat
melihat bahwa kedua lembaga tersebut mempunyai kepentingan yang berbeda. Bahwa
Tapurnas yang telah dibangun sejak tahun lalu itu, hanya menggunakan tanah
warga sekitar 200 meter dari kaki Candi Borobudur, sedangkan Taman Wisata Candi
Borobudur akan menggunakan tanah seluas 87 hektare.
Selain itu, menurut warga,
tanah mereka merupakan tanah yang subur sehingga sulit untuk mendapatkan tanah
lain yang ideal untuk melakukan kegiatan pertanian serta strategis untuk usaha ekonomi seperti saat
itu. Di sisi lain, Borobudur saat itu sudah mulai nampak dikunjungi oleh
wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Kepariwisataan Candi Borobudur
telah menjadi tumpuan hidup sebagian warga.
Oleh karenanya, warga
berharap rejeki yang sudah bertahun-tahun ia nikmati dari kunjungan wisata
Candi Borobudur itu, tidak hilang karena datangnya pemodal besar.
Memang sebagian warga,
khususnya yang ada di sekitar Candi Borobudur tersebut, telah lama membuka
usaha, seperti warung makan, restoran, suvenir. Bahkan ada yang sudah membuat
hotel dan penginapan serta membangun tempat mandi, cuci, dan kakus.
Termasuk di sepanjang
jalan menuju Candi Borobudur yang jaraknya sekitar satu kilometer itu, sudah
penuh deretan kios milik warga.
Pengorbanan warga
sekitar dalam upaya pelestarian monumen tersebut memang sangat besar. Sayangnya
pengorbanan yang telah mereka berikan,
tanpa ada jaminan apapun.
Menanggapi persoalan
tersebut, Ketua DPRD Jateng mengatakan akan segera menindaklanjuti laporan
warga Borobudur. Dengan segera, mereka akan melakukan kunjungan ke Borobudur.

Posting Komentar